Pastinya
sedikit tidak seru jika bacaan ini di awali dengan kata “kisah ini dimulai
dari”, karena selain sudah bisa disebut regu balai pustaka, kata-kata itu bisa
buat kita kalau cerita dalam tulisan ini memang benar-benar jadul banget. Tapi
tenang, semua tulisan ini tidak akan bercerita tentang masa percintaan dimasa
penjajahan, dimana ketika seorang wanita yang memang sudah dikekang oleh
keluarga para bangsawan dan pria desa yang mencintai wanita itu dengan rela
memberikan nyawanya agar dia bisa bersama orang yang dicintainya.
Tulisan ini
berawal dari seorang laki-laki biasa, hidup pun pas-pasan (ketika mau beli
mobil uangnya pas, ketika mau beli rumah uangnya pas, :D), sampai-sampai
mengapa dia disebut biasa karena dia tak pernah bisa merayu seorang wanita agar
mau menjadi pacarnya. Tapi itu memang awalnya, dan sekarang kita bakal
nyeritain orang yang sama tapi dengan latar belakang yang berbeda. Tapi tetep,
masalah awalnya dari cerita awal tadi. Karena terlalu malunya dia buat ngerayu
seorang wanita, dunia pelampiasan negatif pun mulai dia jalani. Mulai dari
menghisap asap rokok, sampai mencoba membeli cd vulgar sendiri. Hidupnya pun
semakin terasa dinikmati tapi tak berarti. Tapi memang semua itu dia lakukan
tak bersama orang lain dengan alasan dia dipandang orang lain sebagai sesuatu
yang baik, tapi kenyataannya perkiraan semua orang itu salah yang bahkan
orangtuanya pun berpikir akan hal yang pertama. Itu akhir dari perkenalannya,
karena kita belum masuk lagi ke cerita inti nih.